Tuesday, April 30, 2013

how was your weekend? pt three



Sebagai bujing (tante dalam bahasa batak) yang baik, harus sering-sering mengajak keponakan jalan-jalan supaya jika kelak mereka besar, gampang disuruh-suruh. (Petuah) 

...


Monday, April 22, 2013

funny that way

"Normal is getting dressed in clothes that you buy for work and driving through traffic in a car that you are still paying for -- in order to get the job you need to pay for the clothes and the car. And the house you leave vacant all day so you can afford to live in it," Ellen Goodman, Journalist  




...

Sunday, April 21, 2013

oh this is so stupid

I think i just had the worst interview ever. Like seriously. I don't know what went wrong. The guy that interviewed me was the senior lecturer from University of Indonesia. I googled him a night  before the interview and i am feeling kinda nervous. He was actually very nice and kind. But i got this stupid butterfly that wanna go berserk in my stomach, not in a good way of course. I remember the last time i had this stupid butterfly was two years ago when i am about to facing my thesis examiner. It feels like shit. I feel like shit. 

So there he was, sitting politely in front of me, throwing a lot of question and i don't know why i can't think of anything and answer those damn easy questions. I suddenly ran out of vocabulary. I don't even know how to say "Perusahaan ini berdiri sejak.." in english. What? What the fuck is wrong with me? Well, i do realize it's been a while since i write in English, or even have a proper and polite long conversation in English. Man, i feel stupid. It was a very good opportunity, a very interesting challenging job, and i know that i could learn a lot of things in that company. Now. I blew it off. 

Great job, Galuh. Great job.

...

naik commuter line

Hari ini untuk pertama kalinya naik alat transportasi yang sering digunjingkan di twitter. Hihi. Yups, namanya commuter line. Rencananya saya akan mengunjungi teman saya Sofia di Serpong yang baru melahirkan. Naik dari stasiun Tanah Abang yang ternyata 'bronx' sekali. Kayanya saya ga perlu jauh-jauh ke Arab, cukup disuruh tawaf di Tanah Abang, rasanya beneran kepingin tobat. Sabtu siang, ternyata Tanah Abang macet total. Sempat nyasar karena sama sekali tidak ada petunjuk ke arah stasiun dan akhirnya nanya sama abang-abang yang jadi pak ogah di pertigaan. Pas ditanya, dia malah diam saja, memandangi muka saya dengan seksama lalu meracau. Setelah beberapa saat, saya baru sadar kalau doi giting. Alamak. Siang-siang udah teler.. Bedebah.

Akhirnya berhasil sampai ke stasiun. Sibuk cari jadwal comline yang berangkat ke arah Serpong, tertulis pukul 16.15 alamak bagian kedua. Buset, lama amat nunggunya. Eh ternyata pas nanya ke penjual tiket, ada yang berangkat saat itu juga. Aduh kacau deh. Ga kebayang kalau turis asing yang mau naik commuter line, pasti bingung setengah mati. Informasinya tidak jelas, banyak preman, kotor pula. Tiketnya tidak terlalu mahal, untuk jurusan Serpong dibanderol Rp. 8.000,- pakai AC pula. Adem. Akhirnya berangkatlah saya menuju Serpong. Berdiri dekat pintu karena tidak kebagian tempat duduk. Sampai dua stasiun berikutnya banyak penumpang turun dan saya dapat duduk.

Di setengah perjalanan, menelpon teman saya Sofia supaya dia bersiap jemput saya di stasiun Serpong. Tapi dia malah menyuruh saya turun di stasiun Rawa Buntu karena ternyata lebih dekat dari rumahnya. Eh tapi.. ternyata saya malah turun di staisun Serpong. Mengomelah dia karena ternyata ke stasiun Serpong itu jauh sekali.. dan macet. Tapi akhirnya mau juga dia jemput saya. Hihi. Anaknya lucu sekali, namanya Malika. Makan gudeg, lalu makan pizza, lalu bergosip sampai sakit perut, akhirnya selepas magrib saya diantar lagi ke stasiun Rawa Buntu. Tidak menunggu lama, cuma 15 menit, comline datang dan saya kembali ke tanah menyeramkan. Tanah Abang. Hahaa. Seru juga naik comline. 

Dari Tanah Abang ke Serpong cuma memakan waktu kira-kira 30 menit. Daripada macet-macet naik mobil ternyata lebih enak naik comline. Asal jangan weekday sih, karena ternyata kalau weekday penuhnya minta ampun. Terima kasih PT. KAI untuk comlinenya yang nyaman dan meski ga secepat naik MRT, lumayan lah, kurang diteken aja itu pedal gasnya sama Pak Masinis. :) 


Thursday, April 18, 2013

pseudo

Malam itu aku melebur di macetnya Jakarta. Bertemu seorang teman yang baru saja pulang dari perjalanan singkatnya ke Eropa. Aku tidak minta oleh-oleh. Tapi aku suka foto. Yang bercerita, terutama. Diperlihatkannya padaku beberapa foto dalam perangkat digital canggih miliknya. Mulai dari Menara Eiffel, Arc de Triomphe, Notre Dame, Muzium Louvre, hingga lanskap Sungai Seine di malam hari lengkap dengan deretan lampu yang gemerlap. Memukau. Megah. Mewah. Paris, kota yang acap menjadi simbol kemewahan. 

Aku menatap dengan bosan. 

Gemerlap kemewahan tak pernah jadi hal yang menarik buatku. Artifisial. Seperti Jakarta dalam kartu pos yang dijual dua ribu rupiah. Megah. Gedung-gedung tinggi yang tertata indah, tapi tak pernah cukup indah buatku. Tak pernah. Atau seperti sosialita yang mengenakan sepasang Louboutin dengan lipstik berwarna semangka. Kulihat kepalanya resah, meski senyumnya mengembang ke segala arah. Menurutku itu lucu. Jakarta malam hari selalu terlihat lebih meriah. Deretan lampunya yang memukau, sementara sudut-sudut kumuhnya menghilang dengan sendirinya dalam gelap, memasrah. Ketika semua lampu menyala, aku tahu ada banyak rahasia yang harus dijaga. 

Gempita ini seperti fantasi. Indah sesaat, lalu perlahan memudar dalam tungkai yang gontai, punggung yang pegal, mata yang setengah melayang, tangan yang tak tergenggam, kesepian. Yang terlalu menyala tak pernah selamanya. Euforia. Seperti larik sebuah percakapan dan tawa jenaka. Kembang api yang membuncah di angkasa lalu larut seketika ditelan gulita. Huru-hara gembira dalam renyahnya dosa. Melukis pelangi dengan saturasi menyala diiringi pekik genit penyanyi berpayudara raksasa. Bahagia?

Ah, tidak juga. 

...

Monday, April 8, 2013

epoche

"Gott ist tot!," pekik Nietzsche, lantang. Aku tak terlalu setuju dengannya, jadi aku diam saja. Meski aku mengamini Marx yang menasbihkan manusia adalah makhluk yang harus bekerja -- bukan meminta-- aku pikir, Tuhan masih memegang kendali yang cukup besar di semesta ini. Entah Tuhan yang mana pula yang dia maksud. Karena sampai saat ini saja kurasa sudah banyak sekali Tuhan yang disembah manusia. Aku punya satu. Hanya satu. Itupun aku masih kerepotan untuk berkomunikasi dengannya. Mungkin dia sibuk. Atau aku yang sibuk. Entahlah.

Aku sedang senang marah-marah.


Deepak Chopra pernah bilang, setan menyukai amarah sama seperti manusia menyukai musik. Dalam hal ini, berarti bisa dibilang aku sedang menjadi groupis bodoh sebuah band yang tak bagus-bagus amat. Setiap hari aku ikuti kemana musik itu pergi. Overrated anxiety yang aku bawa sampai bertahun-tahun lamanya. Melelahkan, sungguh. Tapi marah adalah cara paling mudah -- daripada bersedih. Ada orang tolol yang bilang marahlah agar kau tak diinjak dan dibilang lemah. Maka aku marah. Merampang, meradang, gusar, semakin kasar semakin baik. Kupikir aku sudah cukup kuat, hebat. Marahku menggila, aku perkasa. Nyatanya aku salah kaprah. Semakin marah, aku semakin lemah. Ternyata. 


Sedih ya sedih saja. Tak perlu marah. 

...

Tuesday, April 2, 2013

a little propane, a little firewood

 To mountain Arjuno we go. (10.955 ft)

“You never know what's around the corner. It could be everything. Or it could be nothing. You keep putting one foot in front of the other, and then one day you look back and you've climbed a mountain.” - Hiddleston

...  




Thought of being utterly useless within the forest, facing the never ending rugged track, a monstrous darkness and frostily weather state completely scares the hell out of me, but as the wind's whistles have stopped being blown, surprisingly I become useful, at last.. to myself. It is not the mountain i conquer. But hell yes, It's me. It's me.

While listening to: 


Iron and Wine - Sunset Soon Forgotten 

Iron an Wine - Naked as We Came
One Republic - Good Life 
Edward Sharpe & The Magnetic Zeros - Om Nashi Me 
Benjamin Francis Leftwich - Box of Stones 
Red Hot Chili Peppers - Scar Tissue 
Radical Face - Wandering 
We Are Trees - Sunrise Sunset 
Greg Laswell - Comes and Goes 
Ingrid Michaelson - Keep Breathing
Lucia - Silence
Sepultura - Ratamahatta 
Snow Patrol - You Could be Happy
Nina Simone - I Put a Spell on You 

...

Photos taken by Maulana Marjuki, Bayu Adhi, Ivo Nofian, Zudha & Me