Tuesday, October 30, 2012

doa malam

Barisan huruf arab itu tak terlalu kupahami, maka kutuliskan saja apa yang bisa kumengerti. Untuk dia, yang maha sederhana, bersedia dicinta dengan rayuan tanpa kata, yang selalu mengada meski acap terlupa. Untuk dia yang tak perlu diberi aksara dengan kapital, sosokmu melebihi penanda sebuah huruf besar di awal kata. Untuk dia, yang selalu menyambutku di ujung alinea, penutup di setiap pembuka hingga lembar daftar pustaka.  Di langit yang sama atau langit ke tiga puluh lima, terserahlah, tak ada bedanya. Untuk dia, yang begitu rapi, begitu mudah untuk dipahami, dihayati, untuk dicintai. 

Nalarku mengawang. Gamang. Tersesat di ratusan gugus galaksi persepsi yang penuh imajinasi, aku hilang. Aku lelah, sayang kepalaku gentayangan, mencari malam, mencari tenang, aku ingin perhentian. Bosan mendengar ocehan para bajingan yang dicabik serampangan, telingaku pengang. Delusi sempurna yang perlahan menghilang tertelan air comberan. Berjalan, perlahan, mencari landasan, membangun tumpuan untuk bersiap terbang. Katamu, hidup adalah berumah pada sebuah perjalanan pulang. Sebuah pembelajaran. Lalu dimana harus kutemui haluan kesayangan? 

...